marquee

keindahan senja di ujung hari

sunset

senja adalah saat dimana mentari meninggalkan bumi dengan menyisakan keindahan di ujung hari-harinya

Dalam Idul Fitri 1432 H


Saat-saat dimana aku berdiri di atas bumi. Berdiri, melangkah, diam, duduk dan kembali berdiri walau kadang sesekali aku terpaksa harus merangkak. Aku adalah orang yang paling beruntung yang dilahirkan dari seorang wanita. Ibu, tak ada yang bisa menggantikan posisimu dalam hatiku. Aku juga merasa menjadi insan yang paling berbahgia dengan sekejap belaian dan kasih sayang seorang ayah.
Kala itu adalah saat di mana kalian harus berjuang demi aku dan saudara-saudaraku. Bukan pegawai dan bukan juga pengusaha. Mengais sedikit rupiah dengan mengharap orang lain menyewa tenagamu adalah sesuatu yang biasa. Pagi boleh sarapan entahpun dengan siang, makan sorepun tak terpikirkan. Peluh keringan basah, tulang terasa patah. Memeras keringat, membanting tulang dan memutar otak, berusaha agar dapur kian mengepul. Demi tenangnya anakmu agar tak meraskan kelaparan walau engkau sendiri merasa letih.
Bertahun kau bertahan hingga satu saat aku harus kehilangan salah satu dari kalian. Hari dimana saat itu kau tak lagi bisa bersama kami. Hari dimana saat itu kau berbaring demi ketenanganmu. Membujur kaku, memejamkan mata dan tidur untuk selamanya. Aku masih begitu polos, aku tak begitu mengerti apa yang sedang kau lakukan. Ibukupun menangis, saudarakupun sayu. Masih begitu hijau buatku untuk mengenang hal itu. Aku tak tahu kalau kepergianmu akan meninggalkan rindu untukku.
Semenjak saat itu aku mulai merasakan sedikit kesunyian dalam rumahku. Dari balik pagar yang berlubang mencoba tuk mengintip suasana di luar. Berharap kau datang dan kembali untukku. Namun semua itu tak mungkin dapat terjadi. Kau telah bersama-Nya yang kekal dan abadi. Hanya doa yang mampu kupanjat tuk menemani istirahat panjangmu.
Hari demi hari berganti menjadi minggu, berminggu kulewati hingga berbulan dan tahunpun ikut bergulir. Kesepian kian terasa. Kesediah kian menusuk. Masih kuingat saat itu, seorang wanita yang tegar. Dia adalah seorang ibu dan juga seorang bapak bagi anak-anaknya. Seorang bapak yang berhati lembut dan seorang ibu yang berwatak tegas. Tak sedikitpun mengeluh, senyum selalu tersungging walau hati kian merasa sepi, aku dapat menangkap rasa itu. Aku masih begitu kecil saat itu.
Kasih sayang seorang ibu tak akan surut. Kau selalu berjuang sendiri tak ada yang menemani. Kau selalu berusaha tuk memberikan senyum terindah buat kami. Walau aku tahu senyum itu bergitu berat kau lakukan. Tubuhmu yang kian renta tak menyurutkan langkahmu demi anak-anakmu.
Tetapi… apa yang ada dalam benakku saat ini. Aku telah menjauh darimu demi sedikit egoku. Bukan aku tak menyesal tapi ini sebuah pilihan. Aku pun tahu ini bukanlah pilihan yang tepat, tetapi setidaknya pilihan ini dapat menentramkan hatimu. Kusadari akupun tak sempurna, tetapi tak pernah aku lupa hingga kapanpun karena kau adalah wanita yang sangat kucinta. Kini kau bersama yang lain semoga kau selalu bahagia meski tidak di sisiku. Andaikan kau ingin kembali kepadaku, kembalilah kepadaku. Itupun harapanku, aku yakin aku adalah yang terbaik untukmu. Ibu…. Maafkanlah anakmu. Ya Allah kasihilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka mengasihiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar